Senin, 16 September 2019

Tindak segera!



Kubuka mata pagi ini
Seluruh udara penuh dengan putih
Tidak dingin, namun dada tersesaki

Di televisi tersiar kabar
Pada hutan api berkobar
Kata mereka kami harus bersabar

Kami tak mengenal musim hujan
Juga tak mengenal musim kemarau
Yang kami kenal hanyalah musim bencana

Inilah hak kami sebagai warga negara
Bernafas bebas tanpa sengsara
Namun apa daya
Semua itu hanya isapan belaka

Pak presiden, kami hanya meminta
Karena engkaulah yang punya kuasa
Padamkan api segera
Tindak tegas pelaku segera
Karena kami ingin bernafas lega!

Minggu, 08 September 2019

Menolak Lupa!


Ia adalah sebuah suara
Representasi bagi orang-orang merdeka
Merdeka dalam bertindak, merdeka dalam berkata

Ia tak peduli pada pembungkaman
Ia tak takut pada tikaman
Yang ia pedulikan hanyalah kebenaran
Karena cintanya pada kemanusiaan

Segala kenyamanan orang pada umumnya ia tinggalkan
Karena nyaman baginya adalah menaklukan penindasan
Walau nyawa sekalipun dihilangkan

Ia takluk oleh racun di udara
Istirahatlah dengan tenang di surga sana
Karena semangatmu akan berlipat ganda
Kami disini sepakat untuk menolak lupa!

Sabtu, 07 September 2019

Peran Masyarakat dalam Membangun Suasana yang Demokratis


Pada hari Rabu, 4 September 2019, saya berkesempatan untuk hadir dalam kegiatan yang diadakan oleh Bakesbangpol (Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik) DKI Jakarta bertempat di Hotel Grand Diara, Cisarua, Bogor. Dalam kegiatan itu ada empat materi yang dipaparkan dalam forum. Salah satunya adalah tentang "Peran Masyarakat dalam Membangun Pemilu yang Demokratis" yang disampaikan oleh Pak Ubedilah Badrun selaku Analisis Politik dan juga Dosen Sosiologi Politik di kampus saya (UNJ).

Untuk itu saya akan merangkum beberapa point yang rasanya penting sekali untuk ditulis sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi saya sendiri atau teman-teman yang membaca tulisan ini. Dan ada beberapa catatan dalam rangkuman ini, karena note yang saya gunakan untuk mencatat hal-hal yang disampaikan pemateri itu hilang. Maka, rangkuman ini akan ditulis sesuai apa yang saya ingat pada forum tersebut. Jadi, harap maklumi jika ada beberapa kekurangan maupun kesalahan yang ditulis dalam rangkuman ini.

Problem Sosial Politik
Dalam pembukaannya, pak Ubed menyampaikan tentang kondisi keberagaman yang ada di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dalam keberagaman itu tentunya akan ada banyak perbedaan dari budaya maupun adat masyarakatnya yang menjadikan rawan konflik. Ada beberapa catatan renungan untuk memaknai perbedaan yaitu, pemaknaan secara negatif atas keberagaman telah melahirkan penderitaan panjang umat manusia. pak Ubed menyorot beberapa konflik yang menyebabkan kerugian, seperti yang terjadi di Ambon, Sampit, dan Jakarta (Mei 1998) telah menelan ribuan nyawa manusia.

Problem Sosial Politik yang terjadi di suatu negara maka akan mempengaruhi kondisi ekonomi negara tersebut. Salah satu problem Sosial Politik itu adalah rusuh dan gaduh.

Masyarakat Kondusif dan Demokratis
Masyarakat yang kondusif adalah masyarakat yang harmonis dan saling bersinergi untuk berperilaku positif di tengah masyarakat.

Sedangkan masyarakat yang Demokratis adalah masyarakat yang berpartisipasi aktif dan menghargi perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, menghargai perbedaan pilihan dan bahkan perbedaan pemikiran.

Ada beberapa syarat agar tercipta masyarakat yang kondusif yaitu, masyarakat berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai nilai dan norma, nilai dan norma yang disepakati bersama harus berlaku untuk waktu yang lama dan dijalani secara konsisten.

Pancasila dan Kondusifitas Sosial
Pancasila adalah kesepakatan bersama Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat dijalani secara konsisten dalam kehidupan oleh seluruh lapisan masyarakat hingga terciptanya masyarakat yang kondusif, namun masalahnya adalah tidak sedikit Pancasila telah diselewengkan dalam setiap episode sejarah, entah Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

Sistem Politik Indonesia memicu Disintegrasi Sosial
Sistem Politik di Indonesia sekarang ini layaknya Industri, dimana dapat meningkatkan terjadinya korupsi setelah pemilihan selesai. Karena para calon yang akan menduduki jabatannya harus menggunakan dana yang besar untuk mendapatkan suara yang banyak. Maka setelah mereka terpilih, mereka akan berusaha bagaimana caranya agar dana yang mereka telah keluarkan selama kampanye dapat kembali lagi setelah mereka terpilih. Tentu ini harus menjadi evaluasi untuk Sistem Politik Indonesia kedepannya.

Lalu, karena Era Digital yang telah berkembang pesat, peluang terciptanya hoaks semakin besar. Namun Sistem Politik kita terlambat dalam mengantisipasi Era Digital Demokrasi.

Solusi Merawat Kondusifitas di Indonesia
Pancasila harus dijalankan secara konsisten pada setiap sistem yang ada di Indonesia, lalu Sistem Politik perlu dievaluasi secara mendasar karena tidak mampu menghadirkan pemerintahan yang efektif dan cenderung memicu disintegrasi sosial Indonesia.

Peran Tokoh Masyarakat dalam Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis dan Kondusif
Tokoh Masyarakat harus mampu mengayomi masyarakat bukan mempersulitnya, lalu mendamaikan bukan memprovokasi, serta mendidik bukan memaksa, dan merasionalkan pemikiran masyarakat bukan mengemosionalkan masyarakat.

Catatan
Beberapa dari peserta yang hadir dalam kegiatan ini juga mengajukan pertanyaan kepada pamateri (Pak Ubed). Ada beberapa poin yang masih saya ingat, semoga tidak salah.

Mengenai Agama dan Politik dalam Penerapaannya Secara Langsung
Pak Ubed memberikan penjelasannya bahwa Agama baginya adalah sebagai sumber etik dalam berpolitik. Sehingga menciptakan suasana politik yang kondusif.

Mengenai sistem politik kita yang sudah sesuai dengan Pancasila atau belum?
Menurut Pak Ubed, Sistem Politik Indonesia saat ini tidak terilhami dari Pancasila. Karena Sistem Politik yang sangat membutuhkan modal bagi para calonnya dari pada mementingkan musyawarah dalam penerapannya. Sehingga perlu dievaluasi Sistem Politik di Indonesia.

Sekian rangkuman ini, lebihnya harap dapat dijadikan pelajaran kurangnya silahkan buang jauh-jauh. Terima kasih, Wassalam.  

Selasa, 03 September 2019

Jaya tak Berjaya


https://ngertiaja.com/wp-content/uploads/2019/04/gambar-kartun-keren-pemandangan-rumah-2.jpg

Desa Sia Teng berada di Kabupaten Sia. Desa Sia Teng terkenal akan persawahannya yang banyak menghasilkan Padi, saking tumpah ruahnya hasil bumi di Desa itu, selain untuk mencukupi desanya sendiri, sisanya dapat dijual ke desa-desa lainnya bahkan kabupaten lainnya.

Suasana pagi di Desa Sia Teng amatlah tenang, burung-burung saling bersahutan seakan-akan menyambut hari dengan penuh ketenangan dan suka ria. Hamparan sawah terpapar hijau di bawah sinaran matahari, beberapa padi tampak menguning. Warga memulai aktivitasnya satu persatu, ada yang hendak pergi ke sawah, ada yang mengenyam pendidikan di desa lain, dan para ibu membersihkan rumah agar tetap bersih.

Jaya adalah anak dari salah satu petani di desa itu, ayahnya pak Loni terkenal di seluruh desa sebagai ayah yang sangat galak. Namun beberapa bulan terakhir, pak Loni menderita sakit keras sehingga dirinya tak mampu lagi untuk menggarap sawah. Jaya sebagai anak semata wayang harus menggantikan peran pak Loni untuk menggarap sawah. Ia biasa akan pergi ke sawah setelah pulang sekolah sebelum matahari tepat di atas kepala.

Karena keadaan ekonomi yang memprihatinkan, maka pak Loni tidak dibawa ke dokter. untuk mengisi perut sehari-hari saja sudah alhamdulillah sekali. Pertengahan Agustus penyakit pak Loni telah mengambil nyawanya, ia meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan.

Setelah kepergian pak Loni, Jaya hanya tinggal sendiri di rumahnya. Berbulan-bulan menjalani kondisi sendiri seperti itu, akhirnya ia tak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya walaupun hanya sekedar untuk makan. Hal tersebut mengundang keprihatinan warga untuk membantu Jaya agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Pak Raden sebagai ketua RT di lingkungan Jaya tinggal pun mendatangi rumah Jaya untuk menawarkan, agar dirinya mau diadopsi oleh pak Raden. Pak Raden menawarkan kehidupan yang lebih layak, jaminan kesehatan dan membiayai Jaya untuk melanjutkan sekolahnya. Jaya mengiyakan penawaran itu.

"Baik pak jika tidak merepotkan bapak" ucap Jaya mengiyakan

"Kalau begitu mulai besok, kamu bisa tidur di rumah bapak. Masalah rumah kamu ini, nanti akan bapak urus/"

Hari itu pertengahan bulan Mei, Jaya resmi tinggal di rumah Pak Raden. Pak Raden memiliki empat anak, yaitu Mamat, Jane, Bono, dan Susi. Kehadiran Jaya di rumah itu disambut baik oleh seisi rumah, bahkan istri pak Raden, bu Wayat sangat senang sekali dengan kehadiran Jaya.

"Kalau ada yang dibutuhkan, jangan sungkan-sungkan untuk bilang ya nak Jaya. Selagi mampu akan kami usahakan/" ucap Bu Wayat

"Baik bu." jawab Jaya

"Anggap saja kita ini semua keluarga kandungmu" seru bu Wayat.

Minggu, 01 September 2019

Pergantian Tahun

Tadi malam pawai obor tumpah di sudut jalan
Muda dan tua saling mengisi dalam barisan
Menandakan Muharram telah tiba.

Tahun akan terus berganti selama waktu berjalan
Tapi apakah diri ini sudah berubah menuju kebaikan?
Pikirku dalam khayal lamunan.