Senin, 09 Desember 2019

Lembaga Budi, Suatu Jalan

Lembaga budi, lembaga sendiri di dalam KBBI memiliki arti: asal mula (yang akan menjadi sesuatu). Sedangkan budi berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhi yang memiliki makna tentang akal manusia yang dijalankan dengan kesadaran. Dapat disimpulkan lembaga budi adalah asal mula yang berasal dari akal manusia dan menjadikannya sesuatu.

Buya Hamka adalah salah satu ulama besar Indonesia, dalam perjalanan hidupnya beliau sudah melahirkan buku - buku yang berkaitan dengan agama, budaya, dan hasil pemikirannya. Salah satu bukunya adalah lembaga budi. Tidak diragukan lagi Buya Hamka memiliki budi pekerti yang baik semasa hidupnya. Bahkan pada lawan - lawan politiknya pun ia tak segan untuk memaafkan dan beliau tidak kaku dalam beragama.

Beliau menjelaskan bahwa hidup bermula dari idealis seseorang, yaitu akalnya sendiri yang akan membentuk kepribadiannya. Kelestarian dan kepunahan umat manusia itu tergantung dari akhlaknya, karena ia sebagai tembok perbuatan manusia untuk memenuhi nafsunya. Maka jangan heran ketika suatu negara hancur bisa diakibatkan karena akhlak atau budi pekertinya masyarakatnya yang telah hancur.

"Tegak rumah karena sendi, runtuh sendi rumah binasa. Sendi bangsa adalah budi, runtuh budi bangsa binasa."

Pohon Diri

Pohon Diri

Aku namakan pohon diri, kenapa? Karena manusia itu layaknya pohon, daun dan pepohonan (tubuh) itu dipengaruhi oleh akarnya (akhlak / budi), akan kering dan layu apabila akarnya telah digerogoti hama (sifat buruk). Maka untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya, kita harus membasmi hama-hama tersebut agar tubuh dan pikiran kita menjadi basah dan subur sehingga memberikan manfaat bagi semesta alam.

Mengetahui Kekurangan Diri

Kekurangan diri rasanya akan ada pada setiap manusia, tapi yang jadi permasalahannya adalah lebih sulit mengetahui kekurangan diri sendiri daripada mengetahui kekurangan orang lain. Karena terkadang kita lebih suka menyalahkan orang lain daripada berkaca diri.

Terkadang musuh atau orang yang tidak menyukai diri kita dapat dijadikan satu alat untuk mengetahui kekurangan kita. Karena ia akan dengan bangganya menjelaskan apa kekuranganmu selama ini, tapi dengan syarat jangan sensitif mendengarnya! bisa - bisa jadi emosi.

Terakhir ada salah satu kutipan tentang seberapa keras kita berjuang dalam kehidupan ini, tetap ridho-Nya adalah segalanya.


"Di dalam menempuh perjalanan hidup, janganlah mencoba menjaga jarak dari tuhan. Sebab kendali yang sebenarnya berada di tangan-Nya. Berapapun kita memegang kemudi bahtera menuju pelabuhan yang dicita - citakan. Namun yang menentukan arah anginya adalah Dia. Sebelum sampai ke tempat perhentian, jangan lekas puas dan gembira jika nasib selamat tetapi bersyukurlah! Dan jika angin ribut mengguncang bahtera sehingga seakan - akan tiang akan patah, janganlah terguncang jiwamu, sebab setelah angin ribut itu alam akan terang kembali. Sebab hendaklah bersabar. Imbangkan antara syukur dan sabar. Perhitungan laba dan rugi bukanlah di tengah pelayaran, tetapi di tempat perhentian terakhir."