Minggu, 24 Maret 2019

Sabtu, 23 Maret 2019

Empat Dunia dalam Satu Wadah (BUMI)

Novel terakhir kali yang gua baca adalah Tetralogi Pulau Buru-nya Mas Pram a.k.a Pramoedya Ananta Toer dengan judul Anak Semua Bangsa, yang mau baca tulisan gua tentang buku tersebut, silahkan cek, Anak Semua Bangsa, Bagian dari Tetralogi Pulau Buru.

Dan akhirnya beberapa hari kebelakang gua berkesempatan untuk membaca novel kembali yaitu BUMI, karangan penulis Tere Liye yang buku-bukunya sering banget best seller. Don't judge a book by it's cover, ya kalimat itu yang pantas menjadi tamparan buat gua. Karena awalnya gua kira novel ini akan membahas tentang segala masalah percintaan, namun setelah membaca novel ini, semua perkiraan gua hanyalah labeling yang tidak patut untuk ditiru, hehe. 

 

Novel ini mengisahkan seorang remaja yang bernama Raib, usianya 15 tahun. Memiliki dua ekor kucing yaitu si putih dan si hitam. Awalnya Raib merasa kehidupannya normal seperti remaja lainnya, namun semua berubah ketika dirinya menyadari keanehan itu pada saat umur 15 tahun.

Pada saat berumur 22 bulan, Raib dapat menghilang hanya dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan semua itu baru ia sadari ketika dirinya tumbuh menjadi remaja. Sejak kecil Raib memang sudah memiliki kucing yaitu si putih dan si hitam, kedua kucing itu didapat atas kado ulang tahunnya yang ke-9. Namun, kedua orang tuanya hanya mengetahui kalau Raib hanya memiliki satu ekor kucing, yaitu si putih. 

Selain si hitam dan si putih, Raib juga memiliki teman di sekolahnya yaitu Seli. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama di sekolah. Adapula Ali yang terkenal murid paling susah diatur di sekolah namun memiliki otak yang brilian. Seli dan Raib sering kali merasa sebal terhadap Ali atas tindakannya yang membuat emosi tak tertahan. Oiya, ada juga Miss Keriting yaitu guru Matematika mereka di sekolah yang terkenal karena galak.

Semua masalah dimulai pada saat peristiwa gardu listrik dekat kantin meledak, dari peristiwa tersebut segala petualangan dalam cerita di novel ini semakin membuat pembacanya penasaran untuk segera menyelesaikan novel ini.

Ada hal yang gue bisa ambil dari cerita fiksi karangan Tere Liye ini, bahwa:

Kekuasaan yang didasarkan pada kekuatan tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Maka, akan berakhir menjadi keserakahan. Dan balas dendam adalah reaksi manusia yang paling buruk.

Dan ada satu kalimat dari Miss Keriting a.k.a Miss Selena yang keren menurut gua, yaitu:
 Apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apapun yang hilang, boleh jadi tidak lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang - Tere Liye
Yang keren lagi adalah, nama keluarga Ilo ternyata merujuk pada kata Ilo, Vey, Ou atau I Love You yang disingkat menjadi Ily yang juga anak dari Ilo.

Akhirnya, pada siapapun yang punya novel lanjutan dari ini yaitu, BULAN. Maka, berlapang dadalah untuk meminjamkannya kepada gua, hehe.

Sekian!

Kamis, 07 Maret 2019