Selasa, 03 September 2019

Jaya tak Berjaya


https://ngertiaja.com/wp-content/uploads/2019/04/gambar-kartun-keren-pemandangan-rumah-2.jpg

Desa Sia Teng berada di Kabupaten Sia. Desa Sia Teng terkenal akan persawahannya yang banyak menghasilkan Padi, saking tumpah ruahnya hasil bumi di Desa itu, selain untuk mencukupi desanya sendiri, sisanya dapat dijual ke desa-desa lainnya bahkan kabupaten lainnya.

Suasana pagi di Desa Sia Teng amatlah tenang, burung-burung saling bersahutan seakan-akan menyambut hari dengan penuh ketenangan dan suka ria. Hamparan sawah terpapar hijau di bawah sinaran matahari, beberapa padi tampak menguning. Warga memulai aktivitasnya satu persatu, ada yang hendak pergi ke sawah, ada yang mengenyam pendidikan di desa lain, dan para ibu membersihkan rumah agar tetap bersih.

Jaya adalah anak dari salah satu petani di desa itu, ayahnya pak Loni terkenal di seluruh desa sebagai ayah yang sangat galak. Namun beberapa bulan terakhir, pak Loni menderita sakit keras sehingga dirinya tak mampu lagi untuk menggarap sawah. Jaya sebagai anak semata wayang harus menggantikan peran pak Loni untuk menggarap sawah. Ia biasa akan pergi ke sawah setelah pulang sekolah sebelum matahari tepat di atas kepala.

Karena keadaan ekonomi yang memprihatinkan, maka pak Loni tidak dibawa ke dokter. untuk mengisi perut sehari-hari saja sudah alhamdulillah sekali. Pertengahan Agustus penyakit pak Loni telah mengambil nyawanya, ia meninggal dalam keadaan yang memprihatinkan.

Setelah kepergian pak Loni, Jaya hanya tinggal sendiri di rumahnya. Berbulan-bulan menjalani kondisi sendiri seperti itu, akhirnya ia tak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya walaupun hanya sekedar untuk makan. Hal tersebut mengundang keprihatinan warga untuk membantu Jaya agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Pak Raden sebagai ketua RT di lingkungan Jaya tinggal pun mendatangi rumah Jaya untuk menawarkan, agar dirinya mau diadopsi oleh pak Raden. Pak Raden menawarkan kehidupan yang lebih layak, jaminan kesehatan dan membiayai Jaya untuk melanjutkan sekolahnya. Jaya mengiyakan penawaran itu.

"Baik pak jika tidak merepotkan bapak" ucap Jaya mengiyakan

"Kalau begitu mulai besok, kamu bisa tidur di rumah bapak. Masalah rumah kamu ini, nanti akan bapak urus/"

Hari itu pertengahan bulan Mei, Jaya resmi tinggal di rumah Pak Raden. Pak Raden memiliki empat anak, yaitu Mamat, Jane, Bono, dan Susi. Kehadiran Jaya di rumah itu disambut baik oleh seisi rumah, bahkan istri pak Raden, bu Wayat sangat senang sekali dengan kehadiran Jaya.

"Kalau ada yang dibutuhkan, jangan sungkan-sungkan untuk bilang ya nak Jaya. Selagi mampu akan kami usahakan/" ucap Bu Wayat

"Baik bu." jawab Jaya

"Anggap saja kita ini semua keluarga kandungmu" seru bu Wayat.

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah, sebelum komentar itu dilarang