Sabtu, 30 November 2019

Blewi, Kucing Kampung


Perkenalkan namanya Blewi
Kucing kampung yang pendiam
Tak banyak bersuara tapi manja
Hitam putih warnanya

Dia pengganti Alex
Kucing oranye yang kurang ajar
Sudah kubelikan makan, hilang entah kemana
Awas aja kualat

Kembali ke Blewi
Dia betina yang cantik jelita
Hobinya hamil dan berkelana
Semoga saja tidak menghilang

Selasa, 26 November 2019

Pukul Dua

Aku mulai mempertanyakan
Apakah benar aku mencintai?

Dengan sejujurnya aku katakan
Sungguh mati aku telah jatuh
Pada segala tutur dan sikapmu
Seperti tulip yang mekar di taman
Atau sinar rembulan yang pecah di gelap malam

Lantas atas nama semua rasa ini
Aku tidak akan memaksa!
Kepada kau untuk membalasnya

Air akan tetap mengalir
Membanjiri sungai-sungai hingga ke tepian anaknya

Nona cantik
Tiada rugi aku mengenalimu

Sabtu, 23 November 2019

Memahami Kesalahan

Kesalahan tak akan pernah lepas dari kehidupan manusia sampai ajal menjemput. Walaupun manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya, tetapi bukan berarti manusia adalah makhluk yang selalu benar. Kesempurnaan yang dimiliki manusia adalah karena memiliki rasa bahagia, sedih, amarah, dendam, malu yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Manusia dapat berbuat kebaikan tapi juga dapat berbuat keburukan.

Iblis adalah makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, yang kalau kita mendengar iblis akan terbawa pada sifat-sifat yang buruk. Kisah Nabi Adam dan iblis dapat menjadi contoh bahwa terdapat perbedaan mendasar antara sifat manusia dan iblis.

Ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam, hanya iblislah yang menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam. Iblis merasa bahwa dirinya lebih baik daripada Nabi Adam. Iblis mengelak dari kesalahannya dengan pembenaran.

Q.S. 7 Al-A'raf, 16


Iblis merasa bahwa ini bukan kesalahannya, ia menuduh Allah SWT atas kesalahannya. 

Sedangkan Nabi Adam ketika dirinya melakukan kesalahan yaitu memakan buah khuldi, Nabi Adam segera mengakui kesalahannya.

Q.S. 7 Al-A'raf, 23


Nabi Adam sadar bahwa ketika ia memakan buah itu, ada pengaruh dari Iblis yang menggodanya. Tapi ia segera menyadari bahwa ia dapat berbuat seperti itu karena kesalahannya juga, maka dengan segera ia memohon ampun kepada Allah SWT dan tidak mengkambing hitamkan siapa-siapa.

Qāla fa bimā agwaitanī la`aq'udanna lahum ṣirāṭakal-mustaqīm

Referensi: https://tafsirweb.com/2470-surat-al-araf-ayat-16.html
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Referensi: https://tafsirweb.com/2470-surat-al-araf-ayat-16.html
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Referensi: https://tafsirweb.com/2470-surat-al-araf-ayat-16.html
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Referensi: https://tafsirweb.com/2470-surat-al-araf-ayat-16.html
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Referensi: https://tafsirweb.com/2470-surat-al-araf-ayat-16.html