Sabtu, 07 September 2019

Peran Masyarakat dalam Membangun Suasana yang Demokratis


Pada hari Rabu, 4 September 2019, saya berkesempatan untuk hadir dalam kegiatan yang diadakan oleh Bakesbangpol (Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik) DKI Jakarta bertempat di Hotel Grand Diara, Cisarua, Bogor. Dalam kegiatan itu ada empat materi yang dipaparkan dalam forum. Salah satunya adalah tentang "Peran Masyarakat dalam Membangun Pemilu yang Demokratis" yang disampaikan oleh Pak Ubedilah Badrun selaku Analisis Politik dan juga Dosen Sosiologi Politik di kampus saya (UNJ).

Untuk itu saya akan merangkum beberapa point yang rasanya penting sekali untuk ditulis sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi saya sendiri atau teman-teman yang membaca tulisan ini. Dan ada beberapa catatan dalam rangkuman ini, karena note yang saya gunakan untuk mencatat hal-hal yang disampaikan pemateri itu hilang. Maka, rangkuman ini akan ditulis sesuai apa yang saya ingat pada forum tersebut. Jadi, harap maklumi jika ada beberapa kekurangan maupun kesalahan yang ditulis dalam rangkuman ini.

Problem Sosial Politik
Dalam pembukaannya, pak Ubed menyampaikan tentang kondisi keberagaman yang ada di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dalam keberagaman itu tentunya akan ada banyak perbedaan dari budaya maupun adat masyarakatnya yang menjadikan rawan konflik. Ada beberapa catatan renungan untuk memaknai perbedaan yaitu, pemaknaan secara negatif atas keberagaman telah melahirkan penderitaan panjang umat manusia. pak Ubed menyorot beberapa konflik yang menyebabkan kerugian, seperti yang terjadi di Ambon, Sampit, dan Jakarta (Mei 1998) telah menelan ribuan nyawa manusia.

Problem Sosial Politik yang terjadi di suatu negara maka akan mempengaruhi kondisi ekonomi negara tersebut. Salah satu problem Sosial Politik itu adalah rusuh dan gaduh.

Masyarakat Kondusif dan Demokratis
Masyarakat yang kondusif adalah masyarakat yang harmonis dan saling bersinergi untuk berperilaku positif di tengah masyarakat.

Sedangkan masyarakat yang Demokratis adalah masyarakat yang berpartisipasi aktif dan menghargi perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, menghargai perbedaan pilihan dan bahkan perbedaan pemikiran.

Ada beberapa syarat agar tercipta masyarakat yang kondusif yaitu, masyarakat berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhannya, masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai nilai dan norma, nilai dan norma yang disepakati bersama harus berlaku untuk waktu yang lama dan dijalani secara konsisten.

Pancasila dan Kondusifitas Sosial
Pancasila adalah kesepakatan bersama Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat dijalani secara konsisten dalam kehidupan oleh seluruh lapisan masyarakat hingga terciptanya masyarakat yang kondusif, namun masalahnya adalah tidak sedikit Pancasila telah diselewengkan dalam setiap episode sejarah, entah Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

Sistem Politik Indonesia memicu Disintegrasi Sosial
Sistem Politik di Indonesia sekarang ini layaknya Industri, dimana dapat meningkatkan terjadinya korupsi setelah pemilihan selesai. Karena para calon yang akan menduduki jabatannya harus menggunakan dana yang besar untuk mendapatkan suara yang banyak. Maka setelah mereka terpilih, mereka akan berusaha bagaimana caranya agar dana yang mereka telah keluarkan selama kampanye dapat kembali lagi setelah mereka terpilih. Tentu ini harus menjadi evaluasi untuk Sistem Politik Indonesia kedepannya.

Lalu, karena Era Digital yang telah berkembang pesat, peluang terciptanya hoaks semakin besar. Namun Sistem Politik kita terlambat dalam mengantisipasi Era Digital Demokrasi.

Solusi Merawat Kondusifitas di Indonesia
Pancasila harus dijalankan secara konsisten pada setiap sistem yang ada di Indonesia, lalu Sistem Politik perlu dievaluasi secara mendasar karena tidak mampu menghadirkan pemerintahan yang efektif dan cenderung memicu disintegrasi sosial Indonesia.

Peran Tokoh Masyarakat dalam Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis dan Kondusif
Tokoh Masyarakat harus mampu mengayomi masyarakat bukan mempersulitnya, lalu mendamaikan bukan memprovokasi, serta mendidik bukan memaksa, dan merasionalkan pemikiran masyarakat bukan mengemosionalkan masyarakat.

Catatan
Beberapa dari peserta yang hadir dalam kegiatan ini juga mengajukan pertanyaan kepada pamateri (Pak Ubed). Ada beberapa poin yang masih saya ingat, semoga tidak salah.

Mengenai Agama dan Politik dalam Penerapaannya Secara Langsung
Pak Ubed memberikan penjelasannya bahwa Agama baginya adalah sebagai sumber etik dalam berpolitik. Sehingga menciptakan suasana politik yang kondusif.

Mengenai sistem politik kita yang sudah sesuai dengan Pancasila atau belum?
Menurut Pak Ubed, Sistem Politik Indonesia saat ini tidak terilhami dari Pancasila. Karena Sistem Politik yang sangat membutuhkan modal bagi para calonnya dari pada mementingkan musyawarah dalam penerapannya. Sehingga perlu dievaluasi Sistem Politik di Indonesia.

Sekian rangkuman ini, lebihnya harap dapat dijadikan pelajaran kurangnya silahkan buang jauh-jauh. Terima kasih, Wassalam.  

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah, sebelum komentar itu dilarang