Kamis, 30 Januari 2020

NKCTHI

Hasil gambar untuk nkcthi"
src img: detik (wolipop)
Mungkin sudah tidak asing bagi lo lo pada NKCTHI itu apa, karena hampir setiap hari ada aja di timeline Instagram ataupun Twitter yang memposting kutipan - kutipan dari buku ataupun sosial media NKCTHI yang relateable dengan permasalahan hidup orang - orang.

Film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko ini berisikan bintang - bintang lokal yang sudah tidak diragukan lagi penampilannya di depan layar kaca. Sebut saja ada Rio Dewanto, Donny Damara, Oka Antara, Niken Anjani, Sheila Dara Aisha, dan Rachel Amanda.

Awal - awal film ini diputar, gue agak bingung karena ternyata alurnya maju mundur. Gue kira ini nyeritain dari beberapa keluarga, ternyata hanya satu keluarga yang diceritain dalam film ini.

Yang gue tangkep dari film ini adalah, tiap-tiap anggota keluarga punya peran masing-masing dan setiap keluarga punya rahasianya sendiri.

Dimulai dari sosok ayah (Narendra) yang sangat mencintai istrinya (Ajeng), dan sebelum menikah berjanji untuk membahagiakannya dengan cara apapun.  Namun naas saat Ajeng melahirkan anak ketiganya, Awan, ternyata Awan seharusnya memiliki saudara kembar namun meninggal, dan Narendra berjanji bahwa momen tersebut adalah kesedihan terakhir untuk keluarganya.

Sosok Ajeng sebagai ibu yang sangat penyabar dan tidak pernah menyalahkan siapapun dalam anggota keluarganya. Ajeng selalu menyimpan kesedihannya dan menurut kepada Narendra selaku suaminya. Ibu yang sangat mencintai anak-anaknya dan penuh kelembutan.

Angkasa, anak pertama yang selama dua puluh satu tahun hidupnya menanggung beban untuk menyimpan rahasia ayah dan ibunya. Ia mendapatkan pesan dari ayahnya bahwa seorang kakak haruslah menjaga adik-adiknya. 

Aurora, anak kedua perempuan dalam keluarga itu yang paling berbakat diantara kedua saudara kandungnya. Tapi sejak kecil ia merasa telah kehilangan perhatian dari ayahnya yang terlalu fokus memberikan perhatiannya kepada Awan, anak ketiga. Aurora tumbuh sebagai anak yang mandiri dan penuh prestasi.

Awan, anak ketiga perempuan yang paling mendapatkan perhatian dari ayahnya, apalagi semenjak peristiwa ia tertabrak di depan sekolahnya. Sejak saat itu sampai dewasa Angkasa selalu ditugaskan untuk menjemput Awan. Semakin bertumbuh Awan merasa bahwa ia dapat memilih jalan dan melawan ketakutannya secara sendiri tanpa perhatian berlebih yang diberikan oleh ayahnya.

Bom Waktu
Setelah lama rahasia dalam keluarga itu dijaga, rahasia itu dapat menjadi bom waktu. Selama itu Narendra, Ajeng, dan Angkasa menyimpan rahasia demi menutupi luka lama, tetapi luka harus diobati. Narendra menjadi diktator dalam memimpin keluarganya, mungkin niatnya baik tapi caranya salah.

Mengutip dari sosok Kale ketika Awan sedang bercerita dengan dirinya adalah "Arah mata angin tak bisa diubah, tapi arah layar kapal bisa diubah

Percintaan, keluarga dan rahasia adalah masalah yang harus diselesaikan, tapi satu persatu. Satu kata untuk film ini adalah, bagus! 

Minggu, 05 Januari 2020

Memusingkan Banyak Hal

Hasil gambar untuk pusing
Sumber gambar : halodoc
Masalah hidup saat ini tidak jauh-jauh dari ketidakpercayaan diri atau bahasa gaulnya insecure. Media sosial seakan-akan menjadi sumber penyakit baru bagi kita saat ini, dimana mungkin teman-teman kita memperlihatkan bahwa mereka telah lulus dengan nilai yang menggembirakan ataupun mereka memperlihatkan sedang pergi ke luar negeri untuk mengikuti suatu lomba dan juara! Lalu kita membandingkannya dengan diri kita, "Ah apa yang sedang aku lakukan sekarang? hanya rebahan dan menonton gosip saja!".

Lingkaran setan ini secara sadar atau tak sadar sudah sering kita alami sepertinya, mungkin kita pernah melakukan kesalahan dalam suatu hal, lalu mengutuk diri sendiri atas kesalahan tersebut dengan umpatan "Ah bodoh sekali aku ini, kenapa bisa salah?" dan dalam beberapa menit kemudian akan semakin paradoks dimana kita akan menyalahi kembali sikap kita "Ya Tuhan, hamba telah menyalahkan diri sendiri, hamba seorang pengecut" dan akan semakin dalam lagi dalam menyalahkan diri sendiri.

Media sosial semakin menyuburkan lingkaran setan itu. Kita akan semakin merendahkan diri sendiri dan semakin menyalahkan diri sendiri. Mungkin jika kita tarik undur waktu ke masa lampau, pada zaman kakek nenek kita. Ketika mereka melihat betapa majunya orang - orang di kota, mungkin mereka akan berpikiran "Hari ini bodoh sekali aku telat bangun pagi untuk pergi ke sawah, ah tapi sudahlah besok aku harus bangun lebih pagi dan hari ini memaksimalkan waktu yang ada untuk bertani"

Generasi kakek nenek kita tidak terlalu ambil pusing dengan permasalahan yang ada, intinya bagi mereka adalah kesalahan hari ini harus diperbaiki di hari esok, titik. Lalu bagaimana dengan generasi kita hari ini? Terlalu memusingkan banyak hal, yang sebetulnya tidak perlu dipusingkan. Seperti "ah hari ini gabisa dapet promo di shoppe".

Pekerjaan rumah bagi kita ke depan adalah, bagaimana caranya kita tidak terlalu memusingkan banyak hal. Karena terlalu memusingkan banyak hal akan menghabiskan energi kita untuk menghadapi masalah yang utama dalam kehidupan.

Sekian, Wassalam.