Minggu, 28 Juli 2019

Dunia Sophie: Pengertian Filsafat hingga Makhluk Aneh

https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/-ilustrasi-manusia-_190218104104-727.png

 Apakah Filsafat Itu?

Mungkin kita kerap berpikir mengapa ada orang yang mempelajari filsafat, mengapa ia mempelajarinya? Apakah bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari? Filsafat masih dianggap tabu bagi sebagian orang, mungkin karena dari berfilsafat kurang menghasilkan uang atau efek langsung bagi dirinya.

Pernahkah kamu melihat orang yang mengoleksi koin-koin kuno? Namun tidak semua orang tertarik untuk mengoleksi koin kuno. Setiap orang memiliki ketertarikannya masing-masing. Seperti ini, apabila aku menyukai sebuah kamera analog, apakah aku harus memaksakan orang lain untuk menyukainya juga? Itu tidak mungkin. Lalu adakah ketertarikan semua orang pada satu hal?

Mungkin ketika kamu menanyakan pada orang yang sedang kedinginan, ia akan tertarik pada selimut untuk menghangatinya atau ketika kamu tanyakan kepada orang yang sedang kesepian maka ia akan tertarik untuk ditemani orang lain. Namun ketika semua hal itu telah terpenuhi, apakah mungkin ketertarikan itu terus ada?

Manusia tidak hanya membutuhkan nasi semata, karena sudah pasti setiap orang membutuhkan nasi untuk makan, dan tiap manusia membutuhkan cinta dan perhatian. Namun ada hal yang paling dasar dibutuhkan oleh setiap orang, yaitu mengapa kita ada di dunia dan siapakah kita?

Maka seperti itulah filsafat bekerja, selalu menanyakan untuk mengetahui keberadaan sesuatu. Bukan penghargaan yang dicari dalam berfilsafat, namun kebijaksanaan dalam menjalani hidup adalah tujuan utama dari mempertanyakan hidup ini.

Makhluk Aneh

Jika kamu membaca postinganku Dunia Sophie: Topi Pesulap. Kita bagaikan seekor kutu yang berada di bulu-bulu kelinci yang tiba-tiba muncul di topi seorang pesulap. Ketika lahir, kita berada diujung bulu-bulu tersebut untuk mengetahui bagaimana sang pesulap mampu mengelabui para penonton dan memunculkan seekor kelinci di topinya yang sebelumnya kosong.

Mari kita bermain dengan pikiran kita. Pagi itu Ayah, ibu, dan anaknya sedang sarapan di meja makan. Ketika ibu sedang sibuk di dapur untuk memasak, sang ayah dengan tiba-tiba saja melayang di udara dan menunjukannya kepada si anak. Anak kecil itu tentu akan berteriak "wah ayah terbang, hebat!" lalu sambil bertepuk tangan dengan senangnya. Ketika ibu kembali ke meja makan, si anak memberitahukan kepada ibunya bahwa ayah baru saja melayang-layang di udara. Bagi ibu, hal tersebut adalah mustahil dapat dilakukan oleh seorang manusia, karena ia sudah tahu bahwa manusia tidak bisa melayang-layang begitu saja.

Tiba-tiba saja ayah melakukan aksinya lagi melayang-layang. Bagaimana respon ibu? sudah pasti kaget bahkan pingsan! Mengapa terjadi dua respon yang berbeda antara ibu  dengan si anak? Karena si anak belum mengetahui bahwa manusia tidak bisa terbang sedangkan ibu sudah terbiasa mengetahui bahwa manusia itu tidak bisa terbang. TERBIASA! ya memang karena terbiasa maka kita akan menghentikan pertanyaan-pertanyaan dan menganggap bahwa dunia ini biasa-biasa saja.

Maka dari itu seorang filsuf itu layaknya anak kecil, ia melihat dunia dan seisinya dengan cara yang tidak biasa. Baginya banyak hal yang harus dicari jawabannya, karena dengan begitu kita mampu menggali apa yang menjadi rahasia di dunia dan menggalinya sampai ke dasar-dasarnya. 

Pesan untuk Kita Semua

Menjadi terbiasa memang baik terkadang, namun lihatlah suatu hal dengan cara yang tidak biasa. Ketika orang lain melihat sebuah gelas dari sebelah timur, maka lihatlah juga dari sisi sebelah barat atau arah lainnya. Mungkin terdapat hiasan-hiasan tersembunyi dari apa yang kita ketahui sebelumnya.

2 komentar:

Berkomentarlah, sebelum komentar itu dilarang