Rabu, 01 April 2020

Ekonomi Setelah Corona

Corona Beer Virus?' The Epidemic Takes a Toll on the Drink | Time
Bir Corona

Sampai hari ini hampir sebulan sudah Indonesia terinfeksi Covid-19. Episentrum telah berpindah dari daratan China ke daratan Eropa dan Amerika. Satu persatu ekonomi negara tumbang, masing-masing kepala negara memberikan stimulus ekonomi untuk menyeimbangkan perekonomian negaranya.

Tak terkecuali Indonesia mulai dari pelonggaran kredit, bantuan tunai langsung (BLT) hingga yang terakhir menggratiskan biaya listrik bagi rakyat kecil. Tentunya seluruh dunia ingin badai ini cepat berlalu dan dunia dapat kembali beraktivitas dengan normal.

Sektor pariwisata yang paling terdampak. Mulai dari perhotelan, penerbangan, hingga destinasi wisata sepi pengunjung. Satu persatu perusahaan melakukan PHK, karena bingung mau bayar pakai apa. Lalu diikuti beberapa sektor manufaktur dan penjualan ritel, penjualan mereka merosot tajam. Badai PHK menghantui jutaan buruh di seluruh dunia.

Pemerintah telah melakukan beberapa protokol untuk menamengi penurunan perekonomian ini, seperti pelonggaran pajak, relaksasi kredit, bantuan tunai langsung (BLT) sampai yang terakhir menggratiskan biaya listrik untuk rakyat kecil.

Namun dibalik itu, terdapat beberapa sektor yang mampu bertahan dari dampak Covid-19, yaitu seperti pertanian dan e-commerce. Ditengah lesunya perekonomian, ekspor sektor pertanian masih menunjukan tren positif walaupun mengalami penurunan. E-commerce pun demikian, masyarakat takut untuk berpergian belanja keluar rumah, maka e-commerce sangat diandalkan ditengah wabah seperti ini.

Titik Bangkit

Sejarah manusia mencatat bahwa umat manusia mampu melewati wabah demi wabah. Tentu kita berharap wabah ini cepat berakhir. Namun, dibalik setiap masalah selalu ada masalah yang mengikutinya. Setelah Covid-19 berakhir, tentu masing-masing negara akan berusaha untuk membangun kembali perekonomian mereka.

Saya rasa, Pemerintah Indonesia selain fokus untuk membangun kembali perekonomian diberbagai sektor, wabah ini dapat menjadi peluang untuk menggenjot sektor pertanian dan e-commerce di negara ini.

Sektor pertanian tidak terlalu sulit dibandingkan dengan sektor lainnya. Kita memiliki lahan luas serta bibit yang baik dan hanya memakan waktu tanam sekitar 3 bulan.

Setiap hari, sebelum orang-orang memenuhi kebutuhan lainnya. Tentu kebutuhan pertamanya adalah perut yang terisi.

Setidaknya dengan pasokan stok makanan yang surplus, kita mampu mengekspor produk-produk pertanian ke luar negeri dan mampu menghidupkan perekonomian di desa-desa.

Dengan begitu, kita mampu menutupi defisit yang diakibatkan Covid-19 ini dari sektor pertanian yang kita ketahui Indonesia tongkat dan kayu pun jadi tanaman.

Lalu untuk e-commerce, telah lahir beberapa yang bahkan menjadi unicorn. Sebut saja Tokopedia dan Bukalapak. Ini peluang bagi mereka untuk meluaskan target pasar mereka. Dikala orang-orang takut untuk keluar rumah, mereka mampu membeli kebutuhan hanya via gadget.

Contoh Jack Ma, dikala Alibaba baru seumur jagung berjalan. Pada tahun 2003 SARS mewabah di China. Mereka memanfaatkan peluang itu dan kini mereka telah menjadi e-commerce besar dunia menyaingi Ebay dan Amazon.

Bagai peribahasa "akan ada pelangi setelah badai". Kita berharap akan tumbuh hal-hal yang positif setelah bencana Covid-19 ini berakhir. Every crisis present opportunities.

Hal ini bukan berarti menyampingkan penyelesaian wabah Covid-19, fokus terhadap kesehatan masyarakat adalah hal utama. Ini seperti mengubah energi negatif menjadi energi positif. Daripada hanya merundung sedih, apa tidak salah kita memilih untuk bangkit?

Let's heal the world!

Jiayou Dunia!
Jiayou Indonesia!

0 komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah, sebelum komentar itu dilarang