Minggu, 17 November 2019

Mamat kena Skakmat

https://lakonhidup.files.wordpress.com/2019/08/percakapan-di-warung-kopi-ilustrasi-radar-banyuwangiw.jpg?w=616
Sumber gambar: lakonhidup.com
Jalan kampung ramai anak kecil, ibu-ibu pusing membuntuti anak-anaknya. Di ujung jalan sebelum tikungan berdiri gagah warung kopi (Warkop) kang Asep, asli dari Kuningan. Merantau dari kampungnya karena sakit hati ditinggal kawin mantan pacarnya.

"Kang kopi liong hiji, gulanya dikit aja." pesan Mamat yang baru saja parkir motornya di depan warkop.

Dengan pengalaman yang melebihi barista kopi Starbucks, kang Asep dengan sigap membuatkan kopi untuk Mamat. Pemuda kampung sebelah yang suka mampir ke warkop kang Asep hanya untuk sekedar melepas jenuh.

"Ini kopinya mat, kayaknya lagi pusing banget nih?" tanya kang Asep

Semenjak tiba di warkop perawakan si Mamat kucel sekali, rambutnya gajelas arah kemana. Matanya keliatan loyo kayak lampu 2 watt.

"Iya nih kang, pusing lagi banyak kerjaan. Kalau ini pikiran bisa dibongkar, pengen dicopot sehari aja dulu kang biar lebih tenang." Jawab Mamat sambil nyeruput kopi liong cap bulannya.

"Jangan pusing-pusing mat, nanti cepet mati loh!" guyon kang Asep sambil tertawa.

Mendengar guyonan kang Asep, Mamat pun tersenyum. Perbincangan pun menjadi lebih cair di antara keduanya.

"Wah lagi asik nih ngobrol-ngobrol, ngobrolin apa sih?" tanya pak Abdul tiba-tiba, tokoh masyarakat sekitar yang punya kumis tebal. Saking tebalnya, kadang suka bersin karena bulunya masuk ke hidung.

"Ini pak, si Mamat katanya lagi pusing gara-gara kerjaan." timpal kang Asep.

 "Hah lu Mat, punya kerjaan kok pusing. Gakpunya kerjaan tau rasa lu!" ucap pak Abdul sambil menghampir bangku dan duduk di sebalah Mamat.

"Gimana ya pak, kerjaan kok kayaknya gakelar-kelar. Ada terus, kan bikin pusing pak." keluh Mamat ke pak Abdul.

Sebelum menjawab keluhan si Mamat, pak Abdul minta sama kang Asep satu mangkok bubur kacang ijo.

"Sep, kacang ijo hiji. Jangan pake santen!"

Setelah memesan bubur kacang ijo, pak Abdul menepak pundak Mamat.cukup keras.

"Heh, nih ya gua kasih tau ke lu. Yang gua liat-liat apalagi gua denger dari emak lu, lu sering nunda-nunda kerjaan lu. Ya gimana gamau pusing. Mulai besok kalau lu punya kerjaan, langsung kerjain mending deh, jangan ditunda-tunda." pak Abdul memberi ceramah

"Haduh gimana ya pak, kalau lagi males bawaannya pengen rebahan aja di kamar. Kan enaknya ngerjainnya pas lagi semangat pak" mengeles si Mamat.

"Sekarang gini deh, lu liat tuh si Asep, kalo mau males bisa aja dia. Tapi kalo dia males-malesan, itu anak istrinya mau makan apaan, yang ada tuh dapur bukan ngebul sama masakan, ngebul sama ocehan istrinya." tegas pak Abdul

"Udah deh, percuma kerjaan kalau dipikirin doang, kayak yang gua bilang tadi. Mulai besok kalo ada kerjaan, mulai deh ye kerjain, kalo dipikirin doang gabakal selesai tuh kerjaan, lu kira jin mau bantuin lu?" tambah pak Abdul

Bubur kacang ijo hangat telah tersaji di atas meja warkop.

"Ini pak kacang ijonya" sekaligus memberikan air putih.

"Betul Mat kata pak Abdul. Kalau dulu orang tua saya bilang mah, Kerjaan gabakal selesai kalau gak kita mulai, apalagi kalau cuman dipikirin aja." tambah kang Asep memberikan quotes dari orang tuanya.

"Tuh dengerin kata si Asep, udah ye mulai sekarang rubah pola pikir lu Mat." tegas pak Abdul.

"Iya pak, iyaa...." seloroh Mamat mengiyakan ucapan pak Abdul.

Senin, 07 Oktober 2019

Aksi Massa, Tan Malaka

Hasil gambar untuk aksi massa


"Aksi massa tidak mengenal fantasi kosong seorang putch atau seorang anarkis atau tindakan berani dari seorang pahlawan. Aksi massa berasal dari orang banyak untuk memenuhi kehendak ekonomi dan politik mereka.." - Tan Malaka

Tan Malaka

Namanya seolah terlupakan dari sejarang perjuangan Indonesia. Selama ini dirinya dianggap sebagai seorang pemeberontak dengan garakan radikal komunis tanpa pernah kita ketahui latar belakang, pemikiran, serta upayanya menghalau imperialisme Barat di Indonesia.

Moh. Yamin menyebut Tan Malaka sebagai "Bapak Republik Indonesia:. Lalu Jenderal A.H Nasution mengatakan "..nama Tan Malaka juga harus tercatat sebagai tokoh militer Indonesia untuk selama-lamanya".

Buku ini ditulis Tan pada tahun 1926, dan ketika itu dirinya sedang mengasingkan diri ke Singapura dan menggunakan nama Hasan Ghozali.

Bagi Tan Malaka untuk mewujudkan Republik Indonesia haruslah dari sebuah revolusi. Segala bentuk kompromi dengan kaum kolonial Belanda adalah sebuah tindakan yang salah.

Revolusi

Revolusi itu bukan sebuah ide yang luar biasa, dan istimewa, serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa. Tujuan revolusi adalah untuk menentukan kelas mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik, dan ekonomi dan revolusi itu dijalankan dengan "kekerasan".

Alasan Tan Malaka menulis buku Aksi Massa ini adalah penolakannya terhadap rencana pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 18 Juni 1926 yang dinilainya terlalu sembrono dan sama sekali tidak mempertimbangkan dasar-dasar aksi massa.

Putch

Putch adalah satu aksi gerombolan kecil yang bergerak diam-diam dan tak berhubungan dengan rakyat banyak. Gerombolan itu biasanya hanya membuat rancangan menurut kemauan dan kecakapan sendiri tanpa memedulikan perasaan dan sanggunpan massa. 

Tukang putch lupa bahwa revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai macam keadaan. Ketika para tukang putch ini keluar secara tiba-tiba pada saat yang belum tiba, maka massa tidak akan memberikan pertolongan kepada mereka. Bukan karena massa bodoh, tetapi massa hanya berjuang untuk kebutuhan yang terdekatan dan sesuai dengan kepentingan politik dan ekonomi.

Imperalisme

Tan Malaka sangat anti terhadap imperialisme yang dilakukan oleh negara barat pada negara kolonialisasinya. Karena imperialisme melakukan pemerasan terhadap pribumi demi kemajuan di eropa sana.

Secara ekonomis, Tan menjelaskan wujud-wujud penjajahan, yaitu, perampokan terang-terangan yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol, monopoli yang dilakukan oleh Belanda, setengah monopoli yang dilakukan oleh inggris, dan persaingan bebas yang dilakukan oleh Amerika.

Dalam buku ini dibeberkan mengenai Imperialisme yang telah terjadi di negeri-negeri jajahan pada saat itu, pertama, imperialisme biadab, imperalisme ini telah dilakukan oleh Portugis dan Spanyol di negeri jajahannya, mereka menghancurkan kekuasaan politik di negeri jajahanya untuk menjalankan pemerintahan yang sewenang-wenang, Spanyol menerapkan ini di Filipina. Kedua, imperialisme autokratis, imperialisme ini hampir sama dengan yang pertama, negara yang menerapkan model ini adalah Belanda. Ketiga, imperialisme setengah liberal, si penjajah telah memberikan kekuasaan kepada si terjajah namun terbatas. Inggris menerapakan ini di India. Keempat, imperialisme liberal, dimana kemerdekaan sudah diberikan kepada tuan tanah dan borjuis bumiputra, Amerika menerapkan ini di Filipina.

Dari kegiatan imperialisme yang dibawa negara-negara barat ke negera jajahannya mengakibatkan kemiskinan dan penghisapan yang luar biasa, kemerdekaan kaum bumiputra terenggut atas nama modernitas Barat.

Tujuan

Dari semua yang telah saya baca, Tan mengajak untuk para tiap-tiap orang di negeri yang terjajah ini untuk sadar atas kemerdekaannya sendiri. Ia membeberkan secara lengkap tentang sejarah Indonesia dari masa Kerajaan Majapahit hingga perjuangan Diponegoro di Semarang.

Tan juga menjelaskan tentang kegagalan beberapa organisasi karena tidak memiliki tujuan yang kuat atau terombang-ambing arahnya, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan De Indonesische Studieclub yang akhirnya kesemua itu tak mampu mencapai cita-citanya.

Pada bagian akhir Khayalan Seorang Revolusioner (hlm.138) ia mengajak untuk rakyat di negeri-negeri terjajah untuk meninggalkan cerita-cerita takhayul yang semakin membawa ke arah kegelapan. Kata Tan "Pujilah kepintaran timur pemilik batinnya sendiri, kegaiban, dan kekeramatan timur, bilamana anda suka. Semuanya itu sebenarnya merupakan asal mula dari kesengsaraan dan penyiksaan diri, mematikan semangat kerja dalam masyarakat yang tak layak bagi pergaulan manusia."

Tan juga mengajakan jika ingin menjadi murid Barat atau manusia, hendaklah merdeka dengan memakai senjata Barat yang rasional. Apabila sudah dapat memakainya, barulah ia dapat menciptakan sebuah pergaulan hidup yang baru dan rasional. Dengan senjata Barat itu, maka bersama massa, kita berderap menuntuk hak dan kemerdekaan.

"Tegakkanlah keadilan meskipun langit akan runtuh!" - Tan Malaka