Selasa, 04 September 2018

Aku, Manusia Kelelawar


Diantara angka dua dan tiga
Mataku tetap dalam jaga
Ah, sulit sekali kau ku-pejam!

Melampaui kehidupan kelelawar
Menerjang gelap, tanpa menengok fajar.
Sudah tentu gulita menjadi kawan.

Tolong! Tolong! Tolong!
Kembalikan kemanusiaan ku!
Aku lelah menjadi manusia kelelawar.

Minggu, 02 September 2018

Media Mainstream, Titik Balik itu Ada!


Pada zaman Kakek & Nenek serta orang tua kita dahulu surat kabar adalah menu sarapan bagi mereka untuk mengetahui peristiwa apa yang telah terjadi pada kemarin hari dalam lingkup lokal maupun Internasional. Belum ada internet ataupun Smartphone seperti sekarang ini. Kabar-kabar hoax tidak menyebar luas secara cepat dalam hitungan menit.

Awal tahun 2000an internet hadir menawarkan kemudahan informasi bagi penggunanya, pertukaran informasi yang berbatas jarak dapat dipatahkannya. Surat-surat kabar pun tak mau ketinggalan zaman, mereka menghadirkan portal web untuk masyarakat meng-aksesnya. Dengan modal internet dan komputer, kita dapat dengan cepat mengetahui kabar perkembangan kabar lokal maupun internasional.

Tahun 2000 ke atas, muncul berbagai berbagai platform yang lebih menarik. Diawali oleh Friendster kemudian Facebook dan juga Twitter. Facebook dengan fitur chatting, Twitter dengan konsep mikro-blog yang dapat melakukan aktivitas Tweet 140 karakter yang menjadi ciri khasnya.

Tentunya perkembangan media sosial itu menjadi ladang bagi developer lainnya untuk mengembangkan platform yang lebih baik sehingga berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik bagi penggunanya. Kehadiran Smartphone juga kembali menyegarkan, karena platform itu tidak hanya ada di Komputer, mereka juga ada dalam genggaman smartphone.

Kehadiran media sosial tersebut menjadikan media surat-surat kabar itu menjadi tidak menarik. Bagaimana tidak, dalam tiap genggaman, semua orang dapat membagikan peristiwa disekitarnya dengan mudah, bahkan ke up-to-date-an media mainstream itu dikalahkan oleh media sosial.

Akibatpun timbul, netizen dengan mudahnya percaya kabar-kabar hoax yang ada di media sosial itu. Dengan saling share kabar-kabar itu tak dapat dihalangi persebarannya, dengan mudahnya meracuni otak orang dari satu ke yang lainnya.

Gejolak dalam lingkup masyarakat pun pecah tak dapat dihindarkan. Masyarakat awam menelan mentah-mentah informasi itu. Dari sini peran media mainstream sangat dibutuhkan dalam memberikan berita yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Namun faktanya, banyak netizen kita pada saat ini lebih tertarik pada media sosial daripada media mainstream. Menjadi tantangan bagi media mainstream untuk menghadirkan berita-berita yang lebih berkualitas, yang isi-nya tidak politik melulu. Karena saya rasa netizen pada saat ini sudah mulai jenuh dengan berita-berita politik dan hoax yang mulai menjamur.
Tentunya dengan konten-konten yang lebih variatif serta edukatif media mainstream itu akan menemui titik baliknya kembali untuk menghadirkan kembali berita-berita yang dapat memberikan wawasan kepada para pembacanya. Dan untuk kita sebagai netizen harus dapat memilah informasi yang berlalu-lalang dalam smartphone kita.
 
Semoga kita tetap menjadi netizen yang bijak ya!
"Jari-mu adalah Harimau-mu"