Jumat, 01 Juni 2018

Memaknai Pancasila, Bukan Menghapal

 
1 Juni 1945, Hari sakral dimana Dasar Negara ini diucap secara spontan oleh Soekarno. Dengan tegas dan lugas diucapkannya kelima point tersebut dan disambut decak kagum hadirin. Dihari itulah Pancasila lahir menjadi falsafah kehidupan sehari-hari bangsa hingga sekarang bagi Warga Negara Indonesia.

Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila sampai hari ini? Apakah masyarakat sudah seutuhnya memahami isi kandungan dari kelima point tersebut? Mari kita lihat:

Berbicara sila ketiga pancasila mengenai Persatuan Indonesia. Menghadapi "Pesta Demokrasi" 2019 adalah tantangan bagi negara ini, belum juga 2019 tapi sekat sudah kembali terbentuk, saling coel antar petinggi partai sampai barisan simpatisan. Mungkin hal yang wajar dalam dunia politik.Tapi kembali lagi kita memaknai pancasila sebagai idelogi negara kita, dasar negara kita. Apakah sepatutnya tokoh nasional yang menjadi panutan malah memberikan contoh yang bersifat menimbulkan "Api" ditengah-tengah "Jerami"?. Sungguh sangat disayangkan, cari suara jangan segitunya kali pak :)

Lalu mengenai sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Akhir-akhir ini presiden kita menerima massa aksi Kamisan ke Istana Negara. Aksi yang sudah berlangsung belasan tahun ini menuntut adanya tindakan dari Pemerintah mengenai para aktivis yang hilang entah kemana sampai sekarang. Mereka-mereka adalah pejuang HAM sejati. Pak Presiden, tolong jangan jadikan isu kemanusiaan ini dijadikan untuk kepentingan politik tahun depan. Semoga ini adalah niat baik bapak untuk menuntaskan kasus HAM yang tak pernah selesai akhirnya.

Maka dari itu, pemahaman mengenai Pancasila bagi Warga Negara sangat penting. Jangan kau hapal tapi tak paham makna dan isinya. Pejabat negara pun masih banyak yang dalam kehidupan sehari-harinya bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Anti-Pancasila bukan saja mengenai terorisme! Anti-Pancasila juga untuk mereka-mereka yang korup! Apakah kita siap menjadi generasi Z yang memahami kandungan dari Pancasila secara utuh?

Kutipan dari Mbah Sudjiwo:
"Mari kita tak menghafal Pancasila sebagaimana banyak orang tak hafal rumus kimia oksigen. Tapi setiap saat menghirupnya".

Selamat Hari Lahir Pancasila!
MERDEKA!


Sabtu, 26 Mei 2018

Laku Kerasnya Fake Account di Zaman Naw



Zaman Naw, Kalimat popular akhir-akhir musim ini. Sering dilontarkan kepada Generasi Z. Bukan itu yang ingin dibahas. Internet sepertinya sudah menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari, rasanya tiada hari tanpa internet. Arus informasi dengan mudahnya didapat dan disebar, informasi hubungan rumah tangga pun bisa jadi komersial. Bertukar kabar lebih mudah. Sambil berak chattingan jalan.

Anak-anak, Muda, maupun Tua sudah mengenal media sosial, media sosial sudah tidak bertembokan usia. Dari media sosial yang bisa sambil chat, ataupun yang bisa berbagi gambar. Membuat akunnya juga garibet-ribet amat, lebih cepet daripada bikin indomie. Namun ada beberapa masalah yang menjadi “penyakit” bagi warga netizen.

Fake Account ? Makin hari makin banyak akun-akun bodong yang gak jelas asal-usulnya. Bisa dibilang gapunya KTP Virtual. Hadir memberikan argumen-argumen yang paling berani, tapi gatau gimana pemiliknya di dunia real.

Apa mungkin ini cerminan masyarakat yang makin terdidik untuk bertindak lempar batu sembunyi tangan? Ya, begitudeh…

Wassalam…